RISALAH NU ONLINE, BANDUNG – Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) kembali mengingatkan dan mengajak para tokoh dunia untuk bersuara lantang secara signifikan tentang konsensus penting yang telah dicapai, yakni Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Kita tidak bisa menunggu momen. Kita harus terus menyuarakan perdamaian dunia,” tegasnya pada Konferensi Moderasi beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung, Rabu (20/12/23).
Gus Yahya menegaskan bahwa konflik antar manusia tidak boleh terjadi. Pasalnya, konflik mengancam masa depan umat manusia. “Kita perlu merespons eskalasi konflik yang terjadi di dunia. Sebab jika terus dibiarkan akan berakibat kehancuran total dari peradaban manusia dan global,” tutur Gus Yahya
Dengan inspirasi dari Presiden Soekarno bersama rekan-rekannya pada tahun 1955, kami memiliki ide dan niat untuk menciptakan kembali sejarah tersebut. Bahkan berbuat lebih banyak dengan mewujudkan cita-cita Presiden Soekarno untuk mengadakan konferensi Asia, Afrika, dan Amerika Latin di masa depan.
“Mari kita bekerja sama demi masa depan umat manusia, demi anak cucu, dan demi masa depan peradaban manusia,” ungkap Gus Yahya.
Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Latin Amerika mengangkat tema Religion for Humanity dengan sub-tema berikut:
1. Religious Moderation, Nationalism and Multiculturalism
2. Moderation in Divine Texts and Literature
3. Moderation, Tradition and Education in Multifaith Contexts
4. Moderation among Non-Religious Groups and Movements
5. Moderation, Religious Authority, State Leadership and Identity Politics
6. Moderation, Religion and Social (In) Justice
7. Gender Equity, Women Roles and Moderation
8. Religious Tolerance and Digital Media
9. Youth, Religious Radicalism and Extremism
10. Best Practices and Experiences of Religious Moderation
KMBAAA menggelar Plenary Sessions yang menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Prof Nahlah Al-Shoaidy (Penasihat Utama Sheikh Al- Azhar Al-Syarif, Mesir), Dr. (HC) KH Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum PBNU, Indonesia), Prof. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah, Indonesia), Mahamahopadhyaya Bhadreshdas Swami (Tokoh Hindu, India), Prof. Samir Boudinar (Tokoh Moderate Muslims, Maroko) dan Ven. Napan Santibhaddo (Tokoh Moderate Buddhists, Thailand), Prof. Haiming Wen (Tokoh dan intelektual Konfusianisme, Cina, dan Matius Ho (Leimena Intitute).
Hadir pada kesempatan tersebut, Adiyarto Sumardjono (Staf Ahli Menteri Agama), Jeane Marie Tulung (Dirjen Bimas Kristen), I Nengah Duija (Dirjen Bimas Hindu), Siti Nugraha Mauludiah (Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu), Fajar Hutomo dan Tatang Muttaqin (Staf Ahli Kemenparkeraf), Samsusin (Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM Kemenpora), H.E. Dr. Abdulghani Nassr Ali Al-Shamiri (Dubes Yaman), H.E. Dr. Yassir Mohamed Ali (Dubes Sudan), H.E. Mohammad Boroujerdi (Dubes Iran), H.E. Mr. Zakarya MM el-Moghrabi (Dubes Libya), H.E Belmiro Jose Malate (Dubes Mozambique), H.E. Abdulla Salem AlDhaheri (Dubes United Arab Emirates), Mohd Shamsuri bin Ghazali (Dubes Saudi Arabia), H.E. Mr. Sudqi Atallah Abd. Alkader Al Omoush (Dubes Yordania)
Hadir juga Mr. Muhammad Faisal Fayyaz (Deputy Head of Mission Pakistan), Mr. Alonso Martin Gomez Favila (KUAI (CDA) Mexico), Mr. Osama Hamdy (Charge de’affaires (CDA) Mesir), Mr. NGORN Thol (First Secretary Cambodia), Dr. Ammar Hameed Saadallah AlKhalidy (Head of Mission/CDA Irak), Mr. Qiu Xinli (Political Counselor China), Mohd Shamsuri bin Ghazali (Atase Agama Kedutaan Besar Malaysia), Mr. Jakson Nyagaka Onkoba (Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Kenya), Commodore Chaminda Karunasena (Defence Attache Sri Lanka), dan Ms. Avantika Singh (Second Secretary India).
(rls/hud)