RISALAH NU ONLINE, JOGJAKARTA – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftahul Akhyar mengungkapkan pentingnya memahami makna dari Nahdlatul Ulama (NU), yang secara literatur berarti “Kebangkitan Para Ulama”. Kemudian Ia juga menyampaikan makna Nahdlatul Ulama berdasarkan versi nya.
“Mengagungkan apa yang memang agung dan mengecilkan apa yang memang hakikatnya kecil itu arti daripada kebangkitan ulama,” terang Kiai Miftah dalam memaknai NU pada pembukaan Konferensi Besar NU 2024 di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/1/2023).
Pada kesempatan tersebut dihadiri oleh Gus Yahya (Ketua Umum PBNU), Ibu Nyai Hj Sinta Nurriyah Abdurrahman Wahid, KH Ahmad Musthofa Bishri (Musytasyar NU), KH Anwar Iskandar (Rais A’am PBNU), KH Afifuddin Muhajir, KH Said Asrori, KH Abdul Hamid, Abdul Qodir, KH Ali Maksum, Ibu Nyai Umi Salamah Mashuri, Ibu Nyai Ida Dzainal Abidin. Dan para sesepuh Pondok Pesantren Krapyak.
Dalam sambutannya, Kiai Miftah menjelaskan bahwa dakwah islamiyah yang benar itu memahami cara dakwah yang merangkul tidak memukul, dakwah yang membina tidak menghina, dan dakwah yang menyayangi tidak menyaingi. Selain itu dalam berdakwah juga perlu melihat, membaca, dan merasakan detak jantung yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, sehingga dapat memahami maslahat (kebaikan/manfaat) yang sebetulnya masyarakat ingin terima.
Kiai Miftah mengingatkan untuk senantiasa mengklarifikasi terkait isu ataupun kabar yang dapat menimbulkan salah paham, karena semua itu ada pertanggungan jawabnya. Ia meminta seluruh warga nahdliyin untuk bertemu, saling berdiskusi, dan tidak menyebarluaskan kepada pihak lain tanpa adanya klarifikasi.
“Memang banyak saat ini bukan sekedar salah paham tapi memang pahamnya yang salah. Jangan kita tinggalkan yang namanya Tabayyun, klarifikasi dalam mendengar apapun, tolong klarifikasi,” tegasnya. (Anisa).