Kiai yang Menolak Dilantik DPR

0

 

Adakah orang yang menolak jabatan anggota DPR yang gemerlap dengan fasilitas itu? Ternyata, ada. Dia adalah KH Mohammad Ali Yasin, besan KH Mahfudz Shiddiq Jember. Kiai Mahfudz adalah Ketua umum PBNU yang legendaris (1937-1944) dan pengelola majalah dwimingguan Berita NU. Putera Kiai Mahfudz, Saiful Bari menikah dengan salah satu puteri Kiai Ali Yasin.

Kiai Ali Yasin yang tengah menunggu dilantik sebagai anggota DPR RI di Jakarta itu memilih mundur dan membiarkan tempatnya untuk calon lain. Kiai Ali waktu itu menjabat sebagai Ketua NU Jember dan juga Kepala Kantor Kementerian Agama Jamber.

Kiai Mohammad Ali Yasin lahir di Boyolali, Jawa Tengah dari pasangan KH. Yasin dan Nyai Hj. Masruroh. Ia lahir tahun 1917 M. Ia besar dan tumbuh di pesantren. Dari pesantren di Solo lalu pindah ke pesantren Tebuireng, Jombang asuhan KH Hasyim Asy’ari. Cukup lama di Tebuireng, kemudian meneruskan ke Termas, Pacitan. Di situlah ia bertemu dengan Saifuddin Zuhri, Mukti Ali dan Idham Chalid, yang juga sama-sama nyantri.

Ketika sudah dirasa cukup, Ali Yasin pulang kampung, dan tak lama kemudian menyunting Siti Asiyah, seorang gadis asal Ngawi, Jawa Timur. Kiai Ali Yasin lalu diangkat menjadi Kepala KUA Ngawi. Kemudian ia terpilih sebagai Ketua PCNU Ngawi (1942-1952). Dalam rentang waktu itu, Kiai Ali Yasin merangkap sebagai Kepala Staf Barisan Sabilillah. Lima tahun ia bergerilya di lereng gunung Lawu untuk mengusir penjajah.

Pindah Jember Tahun 1954 ia pindah tugas ke Jember. Ia tetap berkhidmat di birokrasi, hingga diangkat menjadi Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember dan merangkap Ketua Partai NU Jember.

BACA JUGA

Kesibukan Kiai Ali Yasin tambah padat karena aktifitas politik. Ia harus bolak-balik Jember-Surabaya karena terpilih sebagai anggota DPR GR Jawa Timur (1966-1971). Bahkan akhirnya ia menempati kursi Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur (1971-1975). “Almarhum pernah menjadi anggota DPRGR Jawa Timur dan Ketua Partai NU sekaligus Kepala Kementerian Agama Jember,” kenang salah satu putranya, Ir. H. Muhammad Thamrin, M.Si, seperti dikutip NU Online edisi 26 Januari 2013.

Yang menarik, kata Muhammad Thamin yang dikemukakan di sela haul ke 78 KH Mahfudz Siddiq tahun 2022. Kiai Ali Yasin menolak dilantik jadi anggota DPR RI hasil Pemilu tahun 1971. Seharusnya ia dilantik bersama 58 anggota DPR lainnya dari NU.

Mengapa? Sebelum dilantik ke Jakarta, Kiai Ali sowan Kiai Hamid didampingi KH Abdullah Shiddiq (paman Kiai Hamid). Kiai Hamid tiba-tiba mendekati Kiai Ali Yasin sambil memijat bahunya. “Kasihan kiai ini nanti bahunya akan dinaiki orang-orang NU seluruh Indonesia. Mugi-mugi Njenengan kiyat dienciki tiyang NU sak Indonesia nggih,” ujar Kiai Hamid, seniornya di Tremas.

Sejak itu Kiai Ali Yasin berpikir dan tak tenang tidurnya. Ia menangkap isyarah kurang baik dari dawuh sang kiai yang dikenal wali besar itu. Sebelum dilantik akhirnya Kiai Ali Yasin memutuskan mundur dari anggota DPR, karena terngiang-ngiang kata Kiai Hamid, betapa beratnya tanggungjawabnya di akhirat. Ia merasa tak sanggup menanggung beban yang kelak akan dipikulnya.

Posisi Kiai Ali Yasin lalu diganti oleh H. Soewardi (tokoh NU Jember juga). Ketika menjadi Ketua PCNU Jember (1964-1969), Kiai Ali Yasin merintis pengadaan tanah untuk kantor NU. Bersama para kiai yang lain, ia memelopori pengumpulan uang dengan cara menarik zakat mal dari warga NU. Setelah uang cukup, maka dibeli sebidang tanah yang berlokasi di pusat kota, sebelah barat Pendopo Jember.Di sinilah berdiri kantor NU yang cukup megah.

Sekian tahun kemudian, pengurus NU Jember menjual tanah berikut bangunannya kepada Bank Bumi Daya (sekarang Bank Mandiri), yang hasil penjualannya digunakan untuk membeli tanah yang lebih luas di Kaliwates dan sebidang tanah untuk Universitas Islam Jember.

Di suatu pagi yang cerah, Rabu, 3 Juli 1985 atau 14 Syawwal 1405, Allah memanggil hamba yang dicintai-Nya itu. Tidak sakit dan tiba-tiba roboh menjelang shalat Dhuha. “Beliau wudu, belum shalat Dhuha wafat,” kenang Ir. H. Thamrin. Ia meninggalkan 12 anak yang tersebar di berbagai daerah. (*/Aryudi A. Razaq NU Online)

Leave A Reply

Your email address will not be published.