Doa Seorang Nasrani Untuk Tim PPIH Jelang Wukuf di Arafah

0

Hari ini, adalah Jum’at (14/6) terakhir menjelang detik-detik memasuki waktu wukuf di Padang Arafah. Waktu yang ditunggu-tunggu para jemaah haji dan seluruh umat Islam di dunia. Wukuf di Arafah menjadi penanda syara’ bahwa seorang calon haji akan secara “formal” telah diakui oleh syariat bahwa ia telah menunaikan ibadah haji.

 

Sedang bagi umat Islam di di luar kawasan Arafah, wukuf adalah penanda telah masuknya waktu untuk puasa Arafah; puasa sunnah yang sangat dianjurkan.

 

Setelah sekian jam, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan dan sekian tahun menunggu, Padang Arafah akhirnya akan benar-benar menjadi Padang Kurusetra antara suara hati dan suara hawa nafsu.

 

Di Padang ini jemaah akan berhadap-hadapan dengan Tuhan Yang Maha Perkasa. Menghadap untuk mengakui segala alpa, lalai, lupa, abai, maksiat, pengkhiatan atas janji suci, perlawanan kepada Tuhan dengan prilaku buruk dan menyimpang dari-Nya.

 

Mengakui segala kekurangan, semua keburukan yang telah disembunyikan dari manusia, segala keculasan yang disimpan di pojok-pojok hati supaya terhindari dari pandangan orang lain.

 

Seluruh dendam, dengki, hasud, fitnah, tamak, serakah, kejam, tega hati, hati sulit tersentuh, sukar jatuh iba, gampang berkata kasar, ringan tangan, gemar merampas hak orang lain, suka menutup akses pihak lain dan semua jenis kejahatan lain.

Kini mari wukuf! 

 

Setelah mengisi jiwa dengan hal-hal buruk; senang jika tetangga gagal dalam pekerjaan, senang jika teman sekantor dapat surat peringatan, sedang jika bisa mengakali komitmen dengan rekan bisnis, senang jika bisa melanggar janji.

 

Senang jika melihat mobil tetangga mogok, senang jika tetangga masuk rumah sakit, senang jika dapat memotong karir kawan seiring, senang jika sukses memfitnah sesama jemaah masjid, senang jika mendengar tetangga kena PHK. Senang jika manusia lain melarat.

Baca Juga :  Bertahap, Jemaah Haji Diberangkatkan dari Madinah ke Makkah untuk Umrah Wajib

 

Kini saatnya wukuf! 

 

Wukuf, antara lain bermakna “berhenti”. Berjanji di Tanah Arafah. Apa gerangan arafah? Ia berarti “mengetahui atau menyadari”. Setelah mengetahui semua keburukan. Setelah mengakui semua pengkhianatan diri di hadapan Allah, kini tiba saatnya berhenti.

 

Setelah mengetahui bahwa selama ini kita mengabaikan hak-hak orang tua, hak-hak suami/isteri, hak-hak anak-anak, hak-hak sanak kadang, hak-hak sahabat, hak-hak tetangga, dan hak-hak semua anak Adam, marilah wukuf di Arafah.

 

Mari berhenti !

 

Jangan mengulangi dan melakukan semua kejahatan itu lagi. Kini kita dan para jemaah sedang berhenti di hadapan Dia Yangmaha Apa Saja. Setelah mengakui itu semua, di Padang Kurusetra ini, kita memohon kepada Allah agar di sisa-sisa usia yang teramat pendek ini, Allah berkenan membekali kita senjata pamungkas.

 

Senjata yang akan jadi pelindung diri dalam menaklukkan pasukan dan tentara hawa nafsu yang telah membuat kita terjatuh ke jurang kenistaan. Lubang tanpa dasar.

 

Jika usia masih tersisa di Padang Arafah, mari memohon kepada Allah, di atas tanah yang tandus, gersang, dan di bawah langit yang membentang tiada terbatas, dalam pelukan sinar matahari yang menyengat dan membakar kulit, di tengah gelombang suara tangisan para jemaah haji yang sekarat.

 

Di bawah tatapan mata para malaikat yang menyaksikan dari tempat-tempat tak terlihat mata; semoga Allah ampuni kita dan menghapus semua dosa akibat segala maksiat.

 

Memohon agar di sisa usia kita, kita akan selalu tawaf, mengelilingi Rumah Tuhan, Baytullah. Selalu berada di orbit dan lintasan orang-orang suci seperti para Nabi, para shiddiqin, para syuhada dan para kekasih Allah SWT.

Baca Juga :  Cerita Haji: Toko dan Bahasa Indonesia yang Viral di Makkah

 

Memohon agar sisa usia kita menjadi usia berkah, usia yang kita perbantukan untuk orang-orang yang membutuhkan. Untuk semua orang yang selama ini kita sakiti, sengaja atau tidak.

 

Usia yang kita donasikan untuk ikut mengantar semua anak manusia menuju gerbang keridhaan Allah. Gerbang yang akan dilewati manusia-manusia suci. Para pemuja Allah dalam kesendirian atau dalam alam mala’.

 

*****

Di tengah munculnya gugatan doa lintas iman yang tengah mencuat di Tanah Air, seorang Nasrani, berikirim doa untuk para Petugas Penyelenggaran Ibadah Haji (PPIH). Namanya Hein Izac Hetaria. Dia dan keluarga tinggal di sebuah komplek perumahan sangat sederhana (rss) di desa Pasirangin, Cileungsi. Asal Ambon.

 

Doa yang dia kirim via layanan chating Whatsapps. Doa diawali dan ditujukan kepada saya pribadi dan keluarga. Tapi lantas berkembang. Doanya untuk semua tim petugas haji Indonesia.

 

Doa dan harapan baik Mas Hein Hetaria di detik-detik menjelang wukuf, laksana halilintar di siang bolong. Datang dari belahan angkasa yang terik, menyelinap di sela-sela aksi penolakan kegiatan saling doa di antara umat manusia dengan dalih menciderai nilai-nilai luhur agama.

 

Doa Hein Hetaria untuk para petugas haji Indonesia, adakah yang tega dan sampai hati menilainya telah mengganggu kesucian Tuhan dan keluhuran agama. Entah kenapa, suara hati saya menjawab doa itu dengan kata milik alam semesta : AAMIIN…

 

Mas Hein! Terima kasih telah menyentuh hatiku di saat diri sedang rapuh, jiwa sedang berguncang, menunggu saat-saat dan waktu perjumpaan dengan Tuhan Semesta Alam.

 

*****

Setelah “arafah” mari “wukuf”.

Ishaq Zubaedi Raqib –MCH Daker Makkah Al Mukarramah

Baca Juga :  Jelang Wukuf di Arafat
Leave A Reply

Your email address will not be published.