RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Polemik lima warga Nahdliyin yang berkunjung ke Israel baru-baru ini menuai berbagai kontroversi di kalangan masyarakat.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf menyebutkan bahwa kunjungan tersebut pada akhirnya tidak mencapai arah kemajuan upaya pencarian jalan keluar atas konflik yang terjadi di Palestina.
“Saya kira ini karena masalah ketidaktahuan teman-teman ini tentang konstelasi, peta, dan sebagainya jadi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Ini sebetulnya akibat dari tidak sensitifnya pihak-pihak yang melakukan approach,” jelas sosok yang kerap disapa Gus Yahya pada Konferensi Pers Situasi Terkini di Gaza yang diselenggarakan di Lobby Utama Gedung PBNU, Kramat, Jakarta Pusat pada Selasa (16/7/2024).
Gus Yahya menjelaskan adanya perbedaan kunjungan ke Israel yang dilakukan oleh dirinya secara pribadi dengan kelima orang tersebut.
Pada saat yang sama, ia juga membandingkan dengan kunjungan ke Israel yang pernah dilakukan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1994 yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PBNU.
Menurut Gus Yahya, status kunjungannya pada 2018 lalu adalah atas nama pribadi dan ia juga secara pribadi bertanggung jawab penuh atas kunjungan tersebut.
“Kalau saya, waktu saya ke sana saya tidak pernah menyebut-nyebut NU, kecuali Gus Dur yang saya sebut sebagai guru dan inspirator bagi saya. Tapi segala sesuatunya saya pertanggunjawabkan secara pribadi,” katanya.
Gus Yahya bercerita bahwa Gus Dur melakukan konsolidasi dan sowan terlebih dahulu kepada para ulama sebelum melakukan kunjungan ke Israel.
“Beliau datang kepada kiai-kiai untuk berbicara mengenai masalah ini dan upaya peluang yang bisa dilakukan. Sehingga kemudian kiai-kiai itu merestui keberangkatan beliau,” tutur Gus Yahya.
Gus Yahya mengatakan bahwa ia juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Gus Dur. Ia pergi sowan kepada para kiai dan bahkan mengisyaratkan pertemuan salah seorang dari pihak Yahudi yang mengajaknya berkunjung ke Israel dengan KH Maimoen Zubair untuk berdialog.
Sejalan dengan apa yang dilakukan Gus Dur, saat kembali ke Tanah Air dari Israe, Gus Yahya juga melaporkan bagaimana pertemuan berlangsung beserta hasilnya.
Perbedaan lainnya adalah terkait manuver strategis yang dilakukan. Saat Gus Dur datang ke Israel, bukan sekadar datang dan bertemu dengan orang tertentu. Namun, ada engagement strategies sehingga saat itu Gus Dur memilih bertemu dengan Simon Perez setelah mempertimbangkan berbagai strategi.
“Gus Dur tahu betul di sana isinya apa saja dan harus engage dengan siapa. Ini yang saya contoh. Saya bahkan melakukan konsolidasi lebih luas sampai ke Amerika dan Eropa sehingga engagement saya bukan hanya hadir untuk acara ini-itu, tetapi betul-betul engagement strategies dengan jaringan global yang signifikan. Maka, tidak bisa asal-asalan,” terangnya.
Melalui hal tersebut, Gus Yahya menginstruksikan kepada para pimpinan lembaga untuk menyampaikan kepada kelima orang yang telah berkunjung ke Israel untuk mempertanggungjawabkan secara pribadi di hadapan publik karena ini merupakan urusan pribadi mereka, seperti halnya yang Gus Dur dan Gus Yahya lakukan dahulu.
Hal ini karena tidak adanya keterlimbatan lembaga dalam inisiatif ini.
Namun demikian, Gus Yahya selaku Ketua Umum PBNU memohon maaf dan memohonkan maaf kepada masyarakat atas apa yang telah dilakukan kelima orang tersebut.
“Sekali lagi saya sebagai ketua umum memohon maaf karena bagaimanapun juga ini anak-anak NU,” pungkasnya.
(Ekalavya).