RISALAH NU ONLINE, JAKARTA – Sejumlah kiai dari Pimpinan Jam’iyah Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman) mendatangi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Senin, (2/9).
Kunjungan tersebut dipimpin oleh KH Achmad Chalwani Nawawi sebagai salah seorang anggota Majelis Ifta’ wal Irsyad Idarah Aliyah dan diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dan Wakil Ketua Umum PBNU, KH Amin Said Husni.
Dalam pertemuan tersebut, para kiai menyampaikan status kepengurusan JATMAN yang seharusnya sudah berakhir pada September 2023, namun hingga kini masih belum dilakukan muktamar. Sehingga menyerahkan muktamar JATMAN kepada PBNU. Para kiai juga meminta agar JATMAN dikembalikan sesuai khittah sebagai badan otonom NU.
Selain itu para kiai menyampaikan keluhan terkait sejarah yang berubah sejak kepemimpinan Habib Luthfi sebagai Rais Aam. Kiai Chalwani mengungkapkan harapannya agar sejarah dapat diluruskan kembali.
“Itu saja tidak ada niat yang lain, jadi awal berdirinya JATMAN itu tahun 57 didirikan oleh empat orang kiai, yakni Kiai Muslih Mranggen, Kiai Nawawi Purworejo, Kiai Mandhur Temanggung, dan KH Masruhan Ihsan Mranggen Semarang,” ujarnya dalam siaran Youtube TVNU. Selasa (3/9).
Beliau melanjutkan setelah JATMAN dipimpin oleh Habib Luthfi sejarah berbeda, beberapa perbedaan yang beliau sebut berkaitan dengan sejarah berdirinya JATMAN.
“Katanya pendirinya adalah empat orang kiai dari Magelang yaitu Kiai Siraj Payaman, Kiai Dalhar Watucongol, Kiai Chudlori Tegalrejo, dan Kiai Abdul Hamid Kajoran Magelang. Menurutnya, hal itu tidak benar,” katanya
Kiai Chalwani menyebut bahwa Kiai Dalhar dan Kiai Sirat bukanlah sesepuh Magelang. Selain itu beliau membenarkan bahwa gurunya Kiai Nawawi dan gurunya Kiai Mandzur ikut mendorong dan mendoakan Kongres pertama di Tegalrejo, namun tidak dalam kapasitas sebagai pemrakarsa dan pendiri. (Anisa).