Haul ke 11 Mbah Sahal, Gus Baha: Jasa Terbesarnya Menghidupkan Ilmu Ushul Fiqih

0

RISALAH NU ONLINE, PATI – Selasa (24/09/2024), salah satu jasa terbesar Mbah Sahal, panggilan akrab KH. A. Sahal Mahfudz, adalah menghidupkan ilmu Ushul Fiqih di lingkungan pesantren. Demikian dikatakan mustasyar PBNU KH. Bahaudin Nursalim (Gus Baha) pada puncak acara haul KH. Ahmad Sahal Mahfudz yang berlangsung di halaman Pondok Pesantren Maslakul Huda, Desa Kajen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

“Kulo yakin jasa terbesar Mbah Sahal itu ngurip-ngurip ilmu Ushul fiqih, mergo ilmu (Ushul Fiqih) nek kiai moco iso meriang, mergo mbulete ora karuan,” terang Gus Baha.

Ulama asal Rembang itu, juga menyebut bahwa Mbah Sahal dikenal sebagai ulama ahli Ushul Fiqih dari Kajen, Pati, Jawa Tengah, yang memiliki peran besar dalam menggerakkan Nahdlatul Ulama (NU). Kyai Sahal pernah menduduki posisi tertinggi di organisasi tersebut.

Menurut Gus Baha, Ushul Fiqih adalah ilmu yang sangat sulit, bahkan ia menggambarkan dengan anekdot bahwa “Kiai yang mengajar Ushul Fiqih bisa langsung pusing karena kerumitan ilmunya.”

Dalam tausiyahnya, Gus Baha memberikan banyak kajian tentang Ushul Fiqih, mulai dari teori hingga contoh yang terjadi di masyarakat. Hal ini, menurutnya, merupakan bentuk penghormatan kepada Kyai Sahal yang sangat mencintai ilmu Ushul Fiqih. Bahkan, Gus Baha meyakini bahwa Kyai Sahal memiliki keinginan agar agama Islam dijaga dengan dua ilmu utama, yaitu Fiqih dan Ushul Fiqih.

Gus Baha menambahkan, kiprah Mbah Sahal dalam mengembangkan ilmu Ushul Fiqih sangat besar. Dalam sejarah, Mbah Sahal telah melahirkan banyak kyai ahli di bidang ini. Dan sanad keilmuan Ushul Fiqih Kyai Sahal, bersambung hingga Syaikh Abu Bakar Syatho.

“Mbah Sahal kalau Ushul Fiqih memang sanadnya sampai Abu Bakar Syatho. Karena Mbah Sahal ngaji sama Mbah Zubair, dan Mbah Zubair ngaji sama Mbah Faqih Mas Kumambang. Mbah Faqih seangkatan dengan Syaikh Mahfudz Termas, dan Mbah Mahfudz ngaos sama Syaikh Abu Bakar Syatho,” tutupnya.

Baca Juga :  Kompolnas: Penting, Kesiapan Pola Pengamanan Taman Nasional Ujung Kulon Sebagai Geopark Nasional

Rangkaian acara haul berlangsung pada tanggal 15 September 2024. Sejumlah kegiatan di dalamnya: seminar kesehatan pesantren, Bahtsul Masail se-Jawa, seminar keperempuanan, pengobatan gratis dan donor darah, sanad Ma’had Aly, wisuda Ma’had Aly, khataman al-Qur’an, Rakernas Pengurus Ikatan Alumni Pesantren Maslakul Huda (Ikamaba), temu alumni, serta ziarah, tahlil dan doa di puncak haul.

Biodata Mbah Sahal

Mbah Sahal Mahfudz merupakan seorang kyai, santri yang cerdas dan pejuang yang gigih. Lahir pada tanggal 17 Desember 1937 di desa Kajen, Margoyoso, Pati. Mbah Sahal merupakan putra ketiga dari 6 bersaudara dari pasangan KH. Mahfudz bin Abdussalam Al Habib dengan Hj. Badi’ah.

Pada tahun 1968 Mbah Sahal Mahfudz menikah dengan Hj. Nafisah binti Kyai Haji Abdul Fattah Hasyim pengasuh Pesantren Fathimiyah, Tambakberas, Jombang. Beliau dikaruniai seorang putra yaitu Abdul Ghofar Rozin atau kerap disapa dengan Gus Rozin.

Kiai Sahal dikenal sebagai pendobrak pemikiran tradisional di kalangan Nahdlatul Ulama yang mayoritas berasal dari kalangan akar rumput. Sikap demokratis menonjol dan dia mendorong kemandirian dengan memajukan kehidupan masyarakat di sekitar pesantrennya melalui pengembangan pendidikan ekonomi dan kesehatan.

Sebelum orang mengenal Mbah Sahal orang akan mengenalnya sebagai sosok yang biasa-biasa saja dengan penampilan sederhana. Orang mengira beliau sebagai orang biasa yang tidak punya pengetahuan apapun. Namun, kenyataannya pengetahuan dan kepakaran Kyai Sahal sudah melegenda.

Mbah Sahal selalu mengatakan kepada semua orang terutama santri-santrinya bahwa semua karya itu bagus yang tidak bagus adalah yang tidak mau berkarya. Hal tersebut agar memotivasi santrinya untuk terus berkarya. Karya-karya Kyai Sahal Mahfudz yang berbentuk tulisan antara lain At-Tsamarah Al-Hajainiyah tentang fikih yang ditulis pada tahun 1960, Al-Barakat Al-Jumuah tentang gramatika arab, Thoriqot Al-Husnul Ila Ghaya Al-Ushul, dan masih banyak lagi.

Baca Juga :  LTN NU Lampung Tengah Gelar FGD Melacak Sejarah NU dari Masa Kemasa

Gemar Membaca Buku

Mbah Sahal adalah sosok yang sangat gemar membaca buku, dibuktikan dengan 1800 koleksi buku yang dimilikinya. Tidak hanya buku tentang agama saja namun beliau juga mempelajari hal-hal lain seperti tentang psikologi, ekonomi, problematika-problematika kehidupan hingga novel detektif pun beliau menikmati. KH. Sahal Mahfudz adalah ulama besar di kalangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Beliau juga seorang yang pendiam dan kalem. Selain itu, KH. Sahal Mahfudz terkenal dengan julukan kamus berjalan. Dengan demikian, KH. Sahal Mahfudz dapat menjadi teladan bagi kita semua.

Beliau mendirikan Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) pada 1912 yang digunakan sebagai majlis untuk belajar ilmu agama. Pendirian Mathali’ul Falah menjadi titik episentrum pendidikan keagamanan melalui kawah candradimuka para santri Nusantara.

Seiringnya berjalannya, Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) juga memberikan kelanjutan pendidikan pada tingkat kampus/perguruan tinggi. Sehingga lahir STAIMAFA (Sekolah Tinggi Agama Islam Mathaliul Falah) pada 2008 yang saat ini menjadi Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) pada 2015. Kampus yang berinovasi dan bergerak maju untuk mewujudkan Perguruan Tinggi Riset berbasis Nilai-nilai Pesantren yang didirikan oleh Sahal Mahfudz.

Mbah Sahal wafat pada hari Jumat, 24 Januari 2014 dini hari pada pukul 01.05 WIB di kediamannya Kompleks Pondok Pesantren Maslakhul Huda, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah dalam usia 78 tahun. (Aji Setiawan).

Leave A Reply

Your email address will not be published.