Sisi Lain Mbah Wahab

0

Mbah Wahab atau nama lengkapnya KHA Wahab Hasbullah memang tokoh yang luar biasa. Apalagi di mata KHA Halim Leuwimunding, sahabatnya. Mbah Wahab dan Kiai Halim keduanya tercatat sebagai Pahlawan Nasional.

Ihwal Mbah Wahab –Pahlawan Nasional 2014– di mata Kiai Halim, ia adalah guru dan sahabat. Ia pengagum dan pengikut setia Mbah Wahab. Habis pujian untuk ulama berperawakan kecil namun sakti dan gesit ini.

Kiai Halim –Pahlawan National 2023– selesai menulis naskah ini pada 12 September 1970, sekitar setahun sebelum KHA Wahab wafat. Keduanya sempat bersama di Mekah dan berlanjut berkiprah juang di NU sejak 1926.

KH Abdul Chalim, lahir pada 2 Juni tahun 1898 M di Leuwimunding, Majalengka yang dulu masuk Karesidenan Cirebon dan wafat 11 Juni 1972 M, lima bulan setelah wafat idolanya KH Abdul Wahab Chasbullah (lahir 31 Maret 1888) 29 Desember 1971 di Jombang.

 

 

Uniknya, tulisan Kiai Halim dalam 36 halaman ini dalam bentuk syair (syiiran) bahar Rajaz (bukan pantun). Model ini sebenarnya pernah populer model itu di tahun 1960-an, yang sebagian besar dikarang dalam bahasa daerah: Madura, Jawa, Sunda, Bugis dan Banjar. Meski ada pula dalam bahasa Melayu (Indonesia) dalam aksara Pegon.

Unik dan silahkan disimak salah satu bagian dari buku yang berjudul Sejarah perjuangan Kiai Haji Abdul Wahab yang diterbitkan Percetakan Baru Bandung (tanpa tahun). Sebuah persembahan ulama besar kepada sosok ulama besar pendiri NU yang dikaguminya.

Buku ini terdapat dalam Perpustakaan PBNU. (MH)

 

Bismillah dengan nama Allah bukti/Saya akan menyusun riwayat ini.

Ialah akan menyusun riwayat hidup/Guru saya yang berhasrat amar ma’ruf.

Nahi mankar yang penting dalam masyarakat/Saha hidmah untuk mencari maslahat.

Kiai Abdul Wahab Hasbullan guru saya/Yang perjuang seperti tak kenal Lelah.

Saya turut bersamanya tahun dua puluh empat/ Hingga kini masih tetap dalam sehat.

Kecuali pada tahun enam tiga/Kena sakit habitain, yaitu mata.

Hingga sekarang tidak melihat/Hanya nyata keadaan tetap sehat.

(Ada tambahan tulisan tangan: Hampir tujuh tahun lebih tak melihat/Namun badan tetap tegak dan akal sehat.)

Masih sempat jalan jauh (untuk) kepentingan/Umat Islam dalam rangka kepartaian.

Saya ada rasa kurang kemampuan/Waktu mengikuti jalan pergerakan.

Bahkan umurpun jauh lebih muda/Baru tujuh puluh empat itu nyata.

Dari tahun dua empat mengikuti/Hingga tahun empat dua berhenti.

Sebabnya terhalang di masa Jepang/yang menghancur organisasi tak mamang.

Hanya jalan organisasi sosial/Islam perlu merayap berupa amal.

Jarak jauh Cirebon dan Surabaya/Tiga tahun setengah berpisah nyata.

Proklamasi empat lima-lah berkobar/Bertemulah di Purwakerta muktamar.

Kemudian dalam muktamar Madiun/Dalam alam merdeka berduyun-duyun.

Kemudian pisah lagi empat tujuh/Penyerbuan Belandalah jatuh.

Tidak lupa kumis nikem belakang/Pada waktu pemerintah prihatin terang.

BACA JUGA

Kemudian lima dua bertemu/Di Jakarta kongres ke delapan belas itu.

Hingga kini tak pernah berpisah jauh/Guru saya yang menyayang sungguh-sungguh.

Tempo kapan saya menjadi muridnya/Nanti dulu terang (jelas) dalam riwayatnya.

Ini hanya permulaan dalam muqaddimah/Nanti akan ditutur untuk sejarah.

Hanya pertama akan disebut/Mudah-mudahan contoh adanya turut.

Selamanya begitu tak pernah marah/Kepada teman kawan walaupun salah.

Hanya kadang menampakkan sikap keras/Pada cita-cita yang yakin dan jelas.

Juga tak pernah mengata (ngomongin) orang/Itu nyata yang selama saya terang (tahu).

Tidak juga pernah biasa tidur siang/Kecuali sangat lelah kadang-kadang.

Waktu makan tak punya ta’rif (jadwal) yang tentu/ Boleh jadi dalam waktu saya tahu.

Beliau kuat dalam menderita sakit/Sering beliau bawasir ialah berangkat.

Sangat gemar beliau mengolah otak/Gemar mujadalah (debat) jika diajak.

Guru debat ialah Kiai Mukhit nyata/Pada waktu mukim di Makkah bersama.

Guru Hisab Kiai Asy’ari Pasuruan/Ahli Falaq di Makkah lah kemasyhuran.

Jadi pokrol membela orang perkara/Orang benci pokrol bambunya kata.

Hanya tidak pernah orang bikin kuda/Darah orang yang nyata pernah dibela.

Meester In de Rachten (MR) pokrol banyak kalah/Di Semarang Pak Mister Suyudi kalah.

Sering menggunakan hujjah Fathul Muin (nama kitab)/Untuk tolak artikel berisi Barat yakin.

Diselidik nanya perlu ngolah (asah) otak/Ingin tahu Mister yang kepala botak.

Ini saya pikir nyata bertentangan/Dengan penyelidik para dokter kesehatan.

Tapi nyata Dokter Sutomo berkata/Saya kalah untuk mengukur kepala.

Dr. Sutomo pemimpin nasional/Yang ternyata pemimpin yang banyak amal.

Yang dikubur dekat gedung nasional/Ialah dalam kampung Bubutan dikenal.

Dan beliau menjadi lah Syekh Haji/mengganti Syaikh Musa morotua nanti.

Wah mulai saya akan menerangkan/riwayatnya agar tahu teman-teman.

Banyak puja puji kepoada Kiai Wahab dari Kiai Halim, Bahkan dalam kumpulan syair ini Kiai Halim juga menyebut banom-banom dan struktur NU. Misalnya, ketika itu NU tengah menggalakkan haji melalui YaMuallim (Yayasan Muawanan Lil Mulimin) ia sebutkan: “Ya Muallim menolong anggotanya/yang berhasrat haji kewajibannya.” (MH)

Leave A Reply

Your email address will not be published.