KHUTBAH JUMAT: BERIJIHAD DI JALAN ALLAH UNTUK MERAIH KETENANGAN

0

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أمَّا بَعْدُ. فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :م السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْقَائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Berjihad atau berjuang dalam menegakkan kalimat Allah, sering dipahami secara sempit, seolah-olah hanya berperang di medan laga. Sesungguhnya, pengertian jihad itu sangat luas, terdiri dari berbagai macam bentuk, misalnya (1) mengurus orangtua di rumah dan menyantuni mereka. (2) menuntut ilmu, (3) melakukan kegiatan sosial untuk membantu mereka yang sangat membutuhkan. (4) berdakwah untuk mengembangkan agama Islam ke berbagai kalangan, termasuk daerah-daerah terpencil. Jihad yang ke (5) berusaha secara sungguh-sungguh untuk menghidupi keluarga dan menyiapkan kebutuhan bagi anak-anaknya agar bisa mencari ilmu dengan baik. (6) melaksanakan ajaran agama dengan keikhlasan dan kesungguhan, dan (7) merupakan jihad yang paling utama , yaitu memerangi hawa nafsu.

Ada seorang anak muda yang penuh semangat datang kepada Rasulullah s.a.w. untuk direkrut sebagai mujahid. Beliau bertanya kepadanya: Apakah kedua orangtuamu masih hidup? Anak muda itu menjawab: Benar wahai Rasulullah. Akulah yang mengurus keduanya dalam segala kebutuhannya. Anak muda itu dengan tekun mendampingi kedua orangtuanya yang sudah sepuh dengan menyiapkan makanan dan minumannya. Mengucurkan air ketika orangtuanya berwudhu dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan berbakti kepada mereka. Nabi menyampaikan pesan kepada anak muda itu: Berbakti kepada kedua orangtuamu, itu merupakan bagian dari jihad.

جَاءَ رَجُلٌ إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَاسْتَأْذَنَهُ في الجِهَادِ، فَقَالَ: أحَيٌّ والِدَاكَ؟، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَفِيهِما فَجَاهِدْ.

Datang seorang laki-laki kepada Nabi s.a.w. memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad (di medan perang). Nabi bertanya kepadanya: Apakah kedua orangtuamu masih hidup? Laki-laki itu menjawab: Iya, benar. Nabi bersabda: maka dengan berbakti kepada kedua orangtuamu itulah, hendaklah kamu berjihad (tidak ke medan perang). (HR. Bukhari, 3004, Muslim, 2549).

Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban yang sangat penting dari setiap pribadi muslim. Karena dengan ilmu itulah, ia akan memahami ilmu-ilmu agama secara baik dan ilmu-ilmu lainnya. Dengan menuntut ilmu, maka ia akan bermanfaat bagi umat manusia secara umum, baik ilmunya maupun dari berbagai aktivitasnya yang terpuji. Kegiatan sosial banyak memberikan manfaat bagi mereka yang sangat membutuhkan seperti anak-anak yatim, keluarga miskin, mereka yang termarjinalkan dan mereka yang terfitnah dan sebagainya. Dengan memberikan bantuan kepada mereka, maka akan memberikan manfaat yang sangat besar dan akan mengangkat mereka dari berbagai kesulitan dan kesusahan.

Baca Juga :  Buletin Jum’at Risalah NU edisi 28

السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْقَائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ

Orang-orang yang berkeliling menyantuni para janda yang kesulitan dan keluarga-keluarga miskin, sama dengan orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang shalat sepanjang malam dan berpuasa sepanjang siang. (HR. Bukhari, 5353).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Perintah berdakwah ditegaskan dalam banyak ayat al-Qur’an dan al-Sunnah. Karena itu, ia merupakan bagian jihad di jalan Allah. Setiap orang muslim harus menyampaikan ajaran agamanya kepada semua orang yang ia berinteraksi dengannya.

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Nahl, 16:125).

Mencari nafkah untuk kehidupan keluarga dan untuk berinfak, merupakan salah satu kewajiban dari setiap orang muslim, karena hal itu sangat penting dalam kehidupan. Setiap orang mesti menghidupi keluarganya dengan baik dan menyiapkan untuk pendidikan anak-anaknya.

وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَاۚ

Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya (QS. Al-Baqarah, 02:233).

Menjalankan ajaran agama dan menjauhi larangannya dengan ikhlas karena Allah dan dilakukan secara bersungguh-sungguh, merupakan kegiatan jihad yang harus dilakukan oleh setiap orang muslim.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah, 98:05).

Berjihad yang paling agung adalah memerangi hawa nafsu yang ada pada diri kita sendiri. Jika jihad-jihad yang lain dilakukan dalam waktu-waktu tertantu saja dan terbatas, sedangkan jihad memerangi hawa nafsu dilakukan setiap detik selama kita hidup, sampai ke titik darah penghabisan. Nabi mengisyaratkan keutamaan berjihad memerangi hawa nafsu sebagai sesuatu yang sangat berat, memerlukan kesungguhan, ketabahan, kesabaran, dan bersifat terus menerus. Beliau bersabda;

Baca Juga :  Buletin Jum’at Risalah NU edisi 52

أَفْضَلُ الْجِهَادِ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ

Jihad yang paling utama adalah orang yang memerangi hawa nafsunya sendiri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah s.w.t. (HR. Thabrani, 596).

Kaum Muslimin yang kami muliakan

Ketenangan dan ketentraman hati merupakan sesuatu yang senantiasa dicari dan didambakan oleh setiap orang, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Ketenangan dan ketentraman hati akan diperoleh seseorang pada saat ia memperoleh way out atau jalan keluar dari segala kesulitan yang menghimpitnya. Mereka yang memperoleh ketenangan senantiasa mendapat rizki yang mencukupi dan disertai keberkahan. Rizki itu mungkin tidak terlalu banyak, tetapi dirasakan sebagai sesuatu yang sangat membahagiakan dan menimbulkan rasa syukur yang tulus dari hati sanubarinya yang suci.

Selain mendapatkan kebahagiaan sebagaimana disebutkan di atas, orang tersebut akan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah s.w.t. dan menyerahkan segala permasalahannya kepada-Nya dengan ketulusan dan keridhaan. Karena itu mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah s.w.t. dan mendapatkan kebahagiaan abadi, baik lahir maupun batin, di dunia dan di akhirat. Ia akan terbebas dari perasaan sedih, cemas, resah dan gelisah.

Menghilangkan hal tersebut harus dilakukan oleh setiap diri manusia dengan mengarahkan kehidupannya pada dua hal yang penting, yaitu: (1) senantiasa bersyukur dengan kebahagiaan yang tinggi setiap menerima karunia dan rahmat dari Allah s.w.t., baik berupa kesehatan, kedudukan, rizki, Ilmu, para pendukung, dan lain sebagainya. Langkah yang ke (2) adalah membekali diri dengan ketabahan dan kesabaran serta keikhlasan dalam menjumpai berbagai hal yang menyulitkan seperti musibah, berbagai cobaan, kesedihan, dan sebagainya. Dengan bersikap tabah dan sabar, maka orang tersebut telah membentengi dirinya dari berbagai hal yang tercela yang akan merusak ketenangan dan ketentramannya.

Perasaan sedih dan menyesal biasanya terjadi pada saat seseorang mengenang masa lalunya yang kelam, banyak berbuat kesalahan dan dosa. Hal ini membuat hatinya menjadi sempit dan tersiksa. Islam mengajarkan agar sikap seperti ini dibuang jauh-jauh, karena sesungguhnya Allah s.w.t. mengampuni segala kesalahan dan dosa umat manusia, betapapun banyaknya. Apabila seorang hamba datang menghadap Allah dengan dosa sebesar bola bumi, maka Dia akan datang kepadanya dengan membawa rahmat sebesar itu pula. Sekiranya seseorang berbuat kesalahan dan dosa sehingga memenuhi pitala langit, kemudian dia menyesali perbuatan dosanya itu dan bertaubat, pasti akan diterima taubatnya. Karena sesungguhnya Allah s.w.t. Maha Pengampun dan Maha menerima taubat dari semua umat manusia.

Baca Juga :  Buletin Jum’at Risalah NU edisi 09

Betapa besarnya dosa yang dilakukan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf yang berbuat jahat kepadanya ketika masih kecil dengan cara dimasukkannya ke dalam sumur tua oleh saudara-saudaranya dengan niat akan dilenyapkan. Yusuf a.s. diselamatkan oleh rombongan musafir dari Mesir kemudian beliau dipelihara oleh salah seorang penguasa Mesir. Dengan ilmu yang dimilikinya dan akhlak yang sangat luhur, serta karunia dari Allah s.w.t., Yusuf kemudian menjadi seorang perdana menteri di Mesir yang memiliki kekuasaan penuh.

Ketika saudara-saudaranya datang dan kemudian mereka meminta maaf kepada Yusuf, ia langsung menjawab: Tidak ada dosa bagimu, karena sesungguhnya Allah s.w.t. mengampuni semua dosa.

قَالَ لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS. Yusuf, 12:92).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

 

 

 

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.