Meneladani Kisah Umat Terdahulu

0

Oleh: Zahid Lukman

Perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) memperingati Hari Lahir ke-102, tepatnya pada 16 Rajab 1446 Hijriyah. Keberlangsungan NU lebih dari satu abad tentu atas hasil perjuangan segenap stakeholdernya. Terlebih, tirakat dan jerih payah para pendiri dan pendahulu organisasi kemasyarakatan dan keagamaan ini dalam mengorbankan segala daya dan upaya. Spirit perjuangan itulah yang hendaknya kita teladani dalam momen Hari Lahir NU di awal tahun 2025 ini.

 Nilai keteladanan dari kisah perjuangan para pendahulu adalah salah satu hikmah yang dapat kita petik dari QS. Hud ayat 120.  

QS. Hud: 120

 وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِه فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ

Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin.

Dalam al-Quran terdapat ayat-ayat tentang kisah-kisah terdahulu. Mulai dari kisah nabi-nabi, orang saleh, hingga umat yang dikutuk mewarnai keseluruhan isinya. Bahkan, kisah mereka merupakan sepertiga isi al-Quran. Tentu ada maksud agung di balik ini semua.

Syaikh Manna` Al-Khathan mengungkapkan, setidaknya ada 6 hikmah diturunkannya sejumlah kisah dalam Al-Qur’an, hal ini ia ungkapkan dalam kitab Mabahits fi Ulumil Quran (Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumil Quran, [tanpa kota, Maktabah Wahbah: tanpa tahun], halaman 301-302).

Diantara hikmah tersebut adalah untuk meneguhkan hati Rasulullah saw dan umatnya, sebagaimana terungkap dalam QS. Hud: 120 ini.

Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah Swt. menceritakan semua kisah para rasul terdahulu bersama umatnya masing-masing kepada Nabi Muhammad saw. Juga perihal pertentangan dan permusuhan yang dilancarkan oleh mereka terhadap nabinya masing-masing, dan pendustaan serta gangguan mereka yang dilancarkan terhadap para nabinya. Lalu Allah Swt. menolong golongan orang-orang yang beriman dan menghinakan musuh-musuh yang kafir.

Baca Juga :  Pengurus NU se Indonesia Gelar Syukuran Harlah NU 102 tahun

Diungkapnya kisah-kisah masa lalu dalam al-Quran bisa menguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah saw. dan umatnya dalam memegang dan meyakini kebenaran ajaran Allah Swt. Beratnya medan juang dirasakan oleh para utusan terdahulu. Intimidasi terhadap umat yang beriman juga pernah dialami oleh umat terdahulu juga. Namun, hal itu hanya sebagai cobaan saja, karena kemenangan akan tercapai cepat atau lambat dan kebatilan akan segera sirna.

Begitupun tergambarkan dalam perjuangan Rasulullah saw. dan umat Islam dalam berdakwah dan menyebarkan agama Allah Swt. ini dengan berbagai penolakan bahkan siksaan yang dialami kaum muslimin. Maka untuk menghadapi itu dibutuhkan keimanan yang kuat dan spirit (semangat) yang dapat menjadikan hati mereka untuk mengobarkan cahaya keimanan.

Sementara itu, Abu Ishaq Ahmad Al-Tsa’labi (w.1035 M) dalam kitabnya ‘Arais al-Majalis merangkum dari para arif beberapa hikmah kisah umat terdahulu di dalam al-Quran. Dalam hal ini kita sebutkan tiga diantaranya, yaitu:

 Pertama, permakluman sekaligus penetapan akan keistemewaan Rasulullah saw. beserta umat Islam. Dengan melihat kisah umat terdahulu kita bisa tahu bahwa derajat umat ini begitu mulia di sisi Allah Swt. Umat Islam lebih terselamatkan dari ujian-ujian berat sebagaimana ditimpakan kepada umat terdahulu. Dalam penerapan syariat (aturan agama) pun lebih ringan, tidak dibebani cara-cara yang sulit. Allah Swt. berfirman “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin.” (QS. Luqman: 20).

Para mufasir berkata bahwa yang dimaksud nikmat lahir yaitu syariat yang ringan, sedangkan nikmat batin berupa pahala yang berlipat ganda. Begitu pun firman-Nya “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185). Keistemawaan inilah yang membuat Rasulullah saw. tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah Swt. dengan senantiasa menghidupkan siang dengan puasa dan malam dengan salat hingga kakinya bengkak. Sampai-sampai seorang sahabat bertanya, “Bukankah dosamu telah diampuni, baik yang lalu dan yang akan datang, wahai Rasulullah?”, beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”.

Kedua, sebagai pelajaran dan pendidikan bagi umat Islam tentang figur protagonis seperti para nabi dan orang-orang saleh beserta lawan antagonis yaitu musuh-musuh mereka. Bagaimana balasan bagi kedua belah pihak, yang baik mendapat pahala dan karunia Allah Swt. sedangkan yang buruk pasti mendapat azab dan siksa. Demikian sebab pertentangan antara dua sisi ini selalu ada dalam kehidupan manusia.

Baca Juga :  Soal Tambang dan Fikih Lingkungan

Maka Allah Swt. berfirman, “Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi orang yang bertanya.” (QS. Yusuf:7), “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111), dan “petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 138) serta banyak ayat serupa lainnya. Imam al-Syibli berkata bahwa ayat-ayat tersebut secara umum menyebutkan kisah-kisah, sedangkan maksud khususnya yaitu pelajaran di balik kisah-kisah itu.

Ketiga, agar umat Islam mengenang dengan baik perjuangan para nabi dan orang-orang saleh terdahulu, sebagaimana doa Nabi Ibrahim as., “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.” (QS. Al-Syu’ara: 84). Manusia hanyalah tinggal cerita ketika ia sudah mati. Apa gunanya istana dan perbendaharaan yang melimpah-ruah bagi para raja, orang kaya, dan pemilik harta jika setelah itu mereka dilupakan sama sekali.

Kembali kepada Harlah NU. Bahwa yang akan dikenang oleh generasi kemudian dari manusia adalah amal perbuatannya. Para pendahulu, menjadikan Perkumpulan Nahdlatul Ulama sebagai sarana berjuang untuk tegaknya ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Sebagai penutup, perhatikan syair Ibnu Duraid,

وَإِنَّمَا المَرْءُ حَدِيْثٌ بَعْدَهُ # فَكُنْ حَدِيْثًا حَسَنًا لِمَنْ وَعَى

“Manusia hanyalah sebuah cerita setelah ia tiada. Maka jadilah cerita yang baik bagi yang memperhatikannya.”

 Kisah para rasul terdahulu bersama umatnya, semuanya itu berguna untuk meneguhkan hati Rasulullah saw agar tidak tergoyahkan oleh apa pun untuk mengemban tugas kerasulan dan menyiarkan dakwahnya.

Dan kisah para muassis NU menanamkan keyakinan yang mantap dan mendalam kepada kita agar senantiasa berjuang mengembangkan layar NU. Jayalah Perkumpulan NU!

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.