Penulis Opini : Dini Marianty, S.Psi
Anak mendapatkan sekolah pertama dari orang tua, dimana orang tua harusnya sudah mempersiapkan diri baik dari segi materil, fisik maupun mental sebelum memiliki keturunan. Usia anak terus bertambah, artinya seiringan dengan itu kebutuhan perkembangan dan juga pertumbuhan juga semakin bertambah. Orang tua mendapatkan peran penting dalam memperhatikan tumbuh kembang anak, tumbuh kembang anak juga di dampingi dengan kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan dirumah, sekolah, tempat bermain, dan tempat umum lainnya. Saya mengambil tahap perkembangan dari salah satu psikolog terkenal dari Jerman, beliau bernama Erik Erikson. Mengenalkan delapan tahap perkembangan manusia dalam psikologi perkembangan (Emiliza, Tiara, 2019, Konsep Psikososial Menurut Teori Erik H.Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam, Bengkulu: Skripsi) , selanjutnya berikut pembahasan tahap perkembangan Erikson:
1. Umur 0 sampai 2 tahun yaitu tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan.
Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan pertumbuhannya pada kepribadian anak adalah harapan dan kepercayaan. Masa bayi kepercayaan vs ketidakpercayaan ini dirasakan oleh bayi, orangtua dapat merawat dengan baik menimbulkan rasa aman pada bayi sebaliknya merawat dengan tidak baik akan menjadikan bayi penuh rasa cemas dan curiga sehingga akan membuat ketidakpercayaan.
2. Umur 2 sampai 3 tahun masuk pada tahap Otonomi vs Rasa Malu.
Berkembang dan ditumbuhkan pada tahap ini adalah keinginan atau kehendak. Anak belajar menjadi bebas untuk mengembangkan kemandirian seperti berpakaian, berbicara, dan bergerak. Anak juga belajar mengontrol dirinya sendiri, sehingga pada usia 2 sampai 3 tahun ini anak dibiarkan mandiri khusus untuk kepentingan pribadi, selain kemandirian tersebut diatas anak juga sudah masuk pada tahap tilet training, disini juga menggambarkan adanya rasa malu. Kemandirian yang diajarkan bisa menjadikan anak tumbuh dengan percaya diri dan berani mengambil resiko tanpa bergantung pada orangtua sekalipun hal-hal kecil yang sudah dikuasai anak.
3. Memasuki umur 3 sampai 6 tahun, dinamakan tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah.
Pada tahap perkembangan ini, anak belajar menemukan keseimbangan antara kemampuan dengan harapan atau tujuannya ketika berada dalam interaksi sosial. Ketika terlibat dalam suatu interaksi sosial anak mengembangkan rasa inisiatif apapun bentuknya baik inisiatif membantu, inisiatif memimpin ini akan dilakukan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki. Jika tidak dibiarkan maka anak mengembangkan rasa bersalah atau ragu kepada dirinya.
Delapan tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson, tapi saya tertarik membahas tiga tahap perkembangan saja atau tahap perkembangan anak umur 0-6 tahun. Sudah diketahui ini adalah usia emas atau sering disebut golden age, dimana perkembangan pesat terjadi pada anak. Perkembang fisik, kognitif, mental berkembang dan tumbuh secara berhubungan, artinya jika ada satu dari keseluruhan perkembangan itu ada hambatan maka akan mempengaruhi perkembangan lainnya. Orangtua harus memiliki kemampuan obersvasi yang tajam dalam mengamati perkembangan anak. Hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak yang baik.
Rindra, Wulan (2024) menemukan bahwa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan keterlambatan pada perkembangan anak mencapai 11,7% pada anak usia 36 bulan sampai 59 bulan dengan penilaian Indeks Perkembangan Anak Usia Dini (Early Child Development Index). Kemenkes (2019) menyampaikan bahwa Sekitar 10 juta anak meninggal serta lebih dari 200 juta anak berkembang tidak sesuai dengan potensinya yang dipicu oleh pengasuhan orangtua. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk kembali mengangkat serta mengingatkan pentingnya memenuhi kebutuhan perkembangan anak, supaya dapat mencegah keterlambatan. Orang tua diharapkan menjadi lebih tajam dalam memperhatikan perkembangan anak, sehingga bisa mendukung tumbuh kembang optimal.
Saya setuju dengan para wanita yang memilih untuk fokus merawat anaknya bahkan memilih resign dari pekerjaan demi untuk mendampingi tumbuh kembang anaknya, dengan catatan adanya pertimbangan yang matang dengan keluarga serta diskusi mengenai kebutuhan lainnya sehingga seorang ibu dengan fokus dalam mendampingi, merawat dan memenuhi kebutuhan yang menunjang tumbuh kembang anak. Menjadi kepuasan tersendiri apabila seorang ibu mengorbankan karir untuk anak, dan sungguh luar biasa anaknya mendapat pengasuhan yang tepat. Tujuan yang mulia, bila perempuan ingin fokus menjadi ibu dengan segala tantangan dalam membesarkan anak, mengajarkan hal baru kepada anak , rasa sabar yang luas, pola pikir yang bagus sehingga bisa melihat hasil terbaik ada dalam tumbuh kembang anak, sungguh kebahagiaan yang sejati.