RISALAH NU ONLINE, Jakarta – Masih dalam rangkaian peringatan hari ulang tahun NU ke-99 Masehi dan 102 H, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Gerakan Keluarga Maslahat NU (GKMNU) akan menggelar salah satu agenda penting, yakni Kongres Keluarga Maslahat NU dan Festival Keluarga Indonesia.
Acara tersebut dilatarbelakangi oleh permasalahan keluarga di Indonesia yang semakin kompleks, mulai dari meningkatnya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, pengasuhan anak, hingga fenomena buruk seperti anak-anak yang terlibat bullying di sekolah. Ditambah lagi dengan masalah sosial ekonomi, seperti meningkatnya penggunaan pinjaman online (pinjol) yang sering menjadi jalan pintas, serta masalah lingkungan yang dihadapi keluarga akibat pengelolaan sampah yang buruk.
Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama
Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama dilaksanakan selama dua hari, dari tanggal 31 Januari hingga 1 Februari 2025 di Hotel Bidakara, Pancoran. Ketua PBNU, Alyssa Wahid mengungkapkan forum tersebut merupakan ajang diskusi serius antara PBNU, pemerintah, dan berbagai lembaga serta mitra masyarakat sipil untuk merumuskan kebijakan dan strategi mengatasi persoalan keluarga di Indonesia.
“Kita akan mengundang negara, pemerintah dari berbagai kementerian dan lembaga untuk duduk bersama-sama (dengan) utusan NU dari seluruh Indonesia dan juga mitra-mitra dari kelompok masyarakat sipil dan akademisi. Kita akan bicara strategi besarnya di situ,” kata Alissa, di Gedung PBNU, Jumat, (24/01/25).
Salah satu harapan PBNU melalui kegiatan ini adalah untuk meningkatkan implementasi program-program yang telah dirancang pemerintah. “Harapan kita, program pemerintah yang selama ini sudah didesain itu bisa diimplementasikan jauh lebih baik. Karena persoalan yang selama ini ada, ada kebijakan ada program tapi deliverynya kadang-kadang sering bermasalah,” ujarnya.
Semua hasil dari kongres ini akan diserahkan dalam forum Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU pada 5 Februari 2025 sebagai rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat sipil. Dan rekomendasi ke dalam yaitu melalui program dan organisasi.
“Hasil ini akan kita serahkan dalam forum musyawarah nasional alim ulama dan konferensi besar NU pada tanggal 6 dan 7 februari. Jadi rekomendasi kepada pihak pihak pemerintah akan berbarengan dengan rekomendasi kongres pendidikan, munas dan konbes itu,” pungkasnya.
Festival Keluarga Indonesia
Sementara itu, Festival Keluarga Indonesia diselenggarakan pada tanggal 1-2 Februari 2025 secara terbuka di Mall Kota Kasablanka, Jakarta. Gelaran tersebut akan memberikan kesempatan bagi keluarga urban untuk ikut berpartisipasi. Festival ini menghadirkan berbagai kegiatan yang relevan dengan keluarga masa kini, seperti seminar tentang perencanaan keuangan, cara mewujudkan rumah impian untuk keluarga muda, serta talkshow tentang kesehatan mental untuk generasi Z. Puncaknya adalah parenting talkshow dengan Ibu Sinta Nurriyah Wahid dan Menteri Pemberdayaan Perempuan serta Perlindungan Anak.
Ketua PBNU, Hasanuddin Ali mengungkapkan kegiatan tersebut merupakan respon PBNU terhadap isu keluarga yang sedang mengkat di Indonesia. “Jadi problem-problem keluarga yang sedemikian kompleks itu lebih banyak terjadi di masyarakat urban. Belum lagi terkait ekonomi, bagaimana masyarakat kota hidupnya hanya diukur oleh dua hal yaitu waktu dan ekonomi. Dua hal ini juga kita bicarakan di kongres keluarga maslahat dan juga festival keluarga Indonesia,” katanya.
(Anisa).